Minggu, 05 Juli 2020

KKN COVID-19 UNS


Aksi tanggap Mahasiswa KKN UNS dalam Mewujudkan Pencegahan Covid-19 di Desa Singopuran, Kartasura, Sukoharjo

Pandemi Covid-19 tak menyurutkan semangat Universitas Sebelas Maret (UNS) untuk mendorong mahasiswa dalam memberi kontribusi ke desa-desa melalui kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN). Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, KKN ini difokuskan untuk mengembangkan pemahaman dan pengetauhan masyarakat tentang virus Covid-19. Univeritas Sebelas Maret menerjunkan mahasiswanya untuk menjadi Relawan Tanggap Pandemi COVID-19 di beberapa wilayah di Indonesia, khususnya domisili asal mahasiswa KKN tersebut. Salah satu Desa yang berkesempatan mendapatkan relawan COVID-19 UNS adalah Desa Singopuran, Kecamatan Kartasura.
    Lutfia Nadhif (K3117047) yang merupakan mahasiswa Bimbingan dan Konseling di Universitas sebelas maret merupakan salah satu dari ribuan mahasiswa yang terjun sebagai relawan COVID-19 di daerahnya masing-masing. Lutfia melakukan kegiatan KKN di desa Singopuran, RT 01/06, Kecamatan Kartasura, Kabupaten Sukoharjo. Fokus progam kerja yang dilaksanakan oleh mahasiswa Angkatan 2017 ini adalah untuk meingkatkan pemahaman masyarakat mengenai virus corona.
Progam kerja yang dilaksanakan oleh mahasiswa Bimbingan dan Konseling ini dilaksanakan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang virus corona dan bagaimana pencegahannya. Kegiatan KKN ini dilakukan selama 40 hari, dan sudah di selesaikan dengan baik, lancar dan sesuai dengan rencana. Progam kerja yang saya laksanakan meluputi Memberikan sosialisasi peahaman virus corona melalui media sosial WhatsApp; Sosialisasi pembuatan masker, disinfektan, handsanitizer dan ember pencuci tangan; Pembuatan poster dan mmt tentang pemahaman COVID-19; Pembuatan video mengenai pemahaman COVID-19 yang bisa dibagikan melalui Sosial Media (WhatsApp, YouTube, Instagram, Twitter); Memberikan pemaparan peta kerawanan  virus COVID-19 di Kartasura dan sekitarnya; Memberikan arahan untuk menanam tanaman apotek hidup; dan Penyemprotan disinfektan, pembagian masker dan handsanitizer.
Seluruh progam kerja sudah dilaksanakan dengan baik dan sesuai dengan rencana. Masyarakat Desa Singopuran, RT 01/06, Kecamatan Kartasura, Kabupaten Sukoharjo pun berpartisipasi di seluruh progam kerja dengan baik dan penuh antusias. Masyarakat mengaku lebih dapat memahami ap aitu virus corona dan bagaimana pencegahannya. Masyarakat sudah mulai menerapkan protocol Kesehatan seperti memakai masker, selalu mencuci tangan, melakukan physical distancing dan lain-lain.

Senin, 21 Januari 2019

semangat literasi


MEMBACA ADALAH JENDELA DUNIA MENUJU INDONESIA JAYA

Literasi. Akhir akhir ini kata literasi  begitu sering diucapkan oleh guru dan pelajar pelajar dari tingkat sekolah dasar hingga sekolah menengah. Apakah arti dan maknanya? Penulis sendiri mengartikan kata literasi dengan budaya membaca dan menulis. Namun sebanarnya banyak sekali definisi literasi, ambil saja salah satu yang mudah untuk dimengertikan yaitu kemampuan seseorang dalam mengolah dan memahami informasi saat melakukan proses membaca dan menulis.
Penulis mencoba mendalami dan memaknai literasi dari sudut pandang dunia pendidikan, yaitu sekolah.   Beberapa pertanyaan penulis ajukan kepada peserta didik di sekolah dimana penulis  mengajar. O iya penulis adalah guru mata pelajaran sejarah yang mengajar di SMA Negeri 4 Surakarta, sekolah yang dipandang oleh masyarakat sebagai sekolah favorit. Apa sebenarnya indikator sekolah favorit? Menurut pandangan penulis ukurannya masih dari peringkat hasil ujian nasional, daya serap di perguruan tinggi negeri dan piala piala sebagai bukti banyaknya prestasi dari sekolah tersebut. Nah, dari sekolah inilah penulis mencoba menggali sejauh mana pandangan peserta didik terhadap literasi, dengan keyakinan awal pastilah mereka sudah sangat paham dengan istilah ini karena memang sudah disosialisikan lewat Gerakan Literasi Sekolah (GLS). Namun nampaknya dugaan penulis tidaklah tepat. Mengapa begitu ? Dari beberapa pertanyaan yang penulis ajukan kepada 20 siswa secara acak tentang apa itu literasi dan Gerakan Literasi Sekolah, belum dapat dijawab dengan baik bahkan masih kelihatan kebingungan dan me reka-reka jawaban. Inilah sebuah kenyataan. Sekolah yang dikatakan favorit pun masih mengalami kendala dalam membudayakan literasi, bagaimana dengan di tempat lain. Inilah pekerjaan besar bagi bangsa kita untuk terus mengupayakan, mengembangkan, membudayakan dan memasyarakatkan literasi karena  begitu pentingnya literasi dalam kehidupan manusia di zaman informasi sekarang ini dalam mewujudkan Indonesia maju dan berkembang. Mengapa demikian?...
“Membaca adalah jendela dunia”. Sering kan kita mendapati kalimat ini ? Kalimat singkat dan sederhana tapi penuh makna. Jauh sebelum Gerakan Literasi Sekolah (GLS) dikembangkan oleh Menteri Pendidikan Bapak Anis Baswedan melalui Permendikbud No 21/2015, kalimat ini sudah familiar di telinga kita. Di beberapa sudut  yang mudah dibaca seperti di perpustakaan, dinding sekolah, papan baca umum, instansi pemerintah, kantor, dan seterusnya, kita sering mendapatinya, seolah-olah mengingatkan kepada kita seluruh masyarakat betapa pentingnya kebiasaan membaca.   Penulis mengkomunikasikan dengan beberapa peserta didik, dan inilah jawabannya “Apakah kalian sering mendapati kalimat ini?” jawabannya “ya bu.” “Apakah kalian tahu maknanya?” Jawabannya “ya.” “Apakah kalian sudah melaksanakannya?” Jawabannya “proses.” Nah inilah jawaban kuncinya “proses”.
Sebagai seorang muslim penulis mencoba memperkuat perintah membaca ini dari sudut pandang Islam. Perintah membaca dalam Al Qur’an sangat jelas yang tercantum dalam surat Al Alaq. Kata pertama dari surat al Alaq adalah berbunyi Iqra yang artinya bacalah. Bacalah, perintah Allah kepada Muhammad SAW juga termasuk kepada ummatnya adalah diperintahkan untuk membaca. Tetapi, makna dari kata bacalah atau membaca ini tidak hanya sekedar seperti kita hanya membaca buku saja, tetapi memiliki makna yang sangat besar. Allah memerintahkan untuk membaca adalah agar umat manusia benar benar membaca, dalam artian membaca yang sebenarnya. Iqro yang artinya bacalah dimaknai dengan memahami atau fahamilah, juga berarti telitilah,  analisalah, sintesakanlah, bisa juga dengan artian yang lebih luas yaitu temukan teori, temukan ilmu. Maka implikasi dari Iqro, adalah umat Islam itu bisa memproduk sesuatu dengan ilmu atau menciptakan suatu penemuan baru dalam ilmu pengetahuan melalui membaca. Sehingga bisa dikatakan bahwa  membaca dan menulis merupakan kunci kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan.
Apa hubungannya Literasi dengan membaca? Hakikat secara umum dari literasi adalah membaca dan menulis. Namun, seiring berjalannya waktu hakikat literasi kini makin berkembang. Hakikat literasi adalah suatu kemampuan dalam menggunakan informasi tertulis untuk mengembangkan pengetahuan sehingga mendatangkan manfaat bagi masyarakat luas. Nah, inilah hakikat literasi yang akan membangun bangsa. Mari kita Menengok sejarah bangsa. Kebangkitan nasional Indonesia ditandai dengan lahirnya golongan terpelajar yang membangkitkan bangsa ini melalui membaca dan menulis, sehingga dapat menjadikan bangsa ini jaya dan ditakuti bangsa lain di massanya. Bagaimana mereka mampu memberikan pengaruh dan menggerakkan masa melalui tulisan. Dengan menulis mereka berbicara pada dunia tentang perjuangan, mereka menyampaikan pendapat, mereka mengritik, mereka mengemukakan ide dan gagasan, mereka membentuk opini, mereka menyuarakan hak bahkan mereka memprovokasi untuk terciptanya kemerdekaan.   
Tidak ada salahnya kita belajar dari sejarah. Tokoh tokoh bangsa ini lahir dan besar karena dalam kesehariannya menjadikan membaca sebagai kebutuhan hidup. Wakil presiden pertama Indonesia, yaitu Bung Hatta pernah mengatakan, bahwa beliau siap diasingkan dan dipenjara asalkan bersama buku. DouwesDekker, Soewardi Suryaningrat dan Cipto Mangunkusumo memuat pandangan pandangan politiknya lewat tulisannya di majalah De Express. Berkat tulisan-tulisannya terbentuk kesatuan pandangan mengenai nasionalisme dan perjuangan kemerdekaan Indonesia. Masih banyak tokoh tokoh pendiri bangsa lain yang menggunakan tulisan sebagai alat perjuangan seperti Ir. Soekarno, Dr Sutomo, Tan Malaka, dr Radjiman Widyodiningrat, RA Kartini, dan seterusnya. Bisa jadi mereka semua menganggap membaca sebuah kebutuhan hidup dan dengan membaca itu pula mereka dapat melawan bahkan mengusir penjajah dari negeri ini tanpa menggunakan senjata. Dari membaca itulah, yang mendorong dan memunculkan gagasan-gagasan membangun bangsa.
Maka menurut hemat penulis, kunci awal terlaksananya gerakan literasi adalah dari membaca. Dengan gerakan yang terus menerus kita boleh berharap bahwa bangsa Indonesia dapat menjadi bangsa yang gemar membaca buku. Penulis yakin bahwa dengan membaca akan dapat memajukan bangsa, menciptakan harapan, membangun imajinasi dan merancang masa depan. Sasaran utama dan pertama literasi (budaya membaca) ini adalah kaum muda Indonesia, khsususnya para siswa dari tingkat sekolah dasar sampai menengah dan mahasiswa. Hal ini dikarenakan kaum muda lah yang akan segera mewarisi negara ini. Kemajuan dan perkembangan bangsa ini terletak pada kebijakan kaum muda jika kelak menjadi pemimpin di masa depan.
Budaya membaca di sekolah melalui Gerakan LiterasiSekolah (GLS) dimaksudkan untuk membawa warga sekolah lebih cerdas dalam menyambut kedatangan zaman yang semakin informatif. Literasi  bisa mempengaruhi peradaban manusia untuk mempersiapkan insan intelektual, terutama usia sekolah untuk memenangkan persaingan global.  Literasi (membaca)  akan membuka wawasan berfikir dan bisa mengetahui budaya orang lain. Dengan demikian, akan timbul rasa saling menghargai antar satu sama  lain, tidak merasa paling benar sendiri, dan kelak terciptalah perdamaian dunia. Jika perdamaian tercipta maka tidak akan menghamabat pembangunan dan kemajuan bangsa.
Siapa yang berperan dalam Gerakan Literasi Sekolah ?... Harus dipahami bahwa literasi tidak hanya sekedar berbasis pada kemampuan (skill) namun juga sesuatu yang diterapkan (applied),  dan merupakan hal yang dikondisikan atau disituasikan  (situated) sehingga nantinya bisa membudaya atau menginternalisasi atau menjadi sebuah kebiasaan. Untuk itu  Gerakan Literasi Sekolah  harus bersifat partisipatif artinya dengan melibatkan peran serta seluruh komponen pendidikan, dari mulai warga sekolah (peserta didik, guru, kepala sekolah, tenaga kependidikan, pengawas sekolah, Komite Sekolah, orang tua/wali peserta didik), akademisi, penerbit, media massa, masyarakat dan pemangku kepentingan di bawah koordinasi Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Pertanyaannya, apakah literasi yang selama ini kita mengerti dan pahami sebenarnya sudah kontekstual dan cukup bermanfaat bagi pembangunan sosial masyarakat luas? Anak anak jaman sekarang yang kita menyebutnya jaman now dihadapkan dengan era digitalisasi. Berbicara tentang literasi pada jaman now akan semakin kompleks bila dikaitkan dengan perkembangan teknologi informasi yang semakin cepat. Miliaran informasi dari berbagai belahan dunia dapat mudah diakses setiap hari. Padahal tidak semua informasi itu bermanfaat, banyak di antaranya yang tidak konstruktif atau bahkan berbahaya bagi pembangunan keadaban. Dalam konteks itu perlu dikembangkan literasi digital yang mengedepankan keutamaan-keutamaan hidup bersama. Dalam deklarasi UNESCO  menyebutkan bahwa literasi informasi terkait pula dengan kemampuan untuk mengidentifikasi, menentukan, menemukan, mengevaluasi, menciptakan secara efektif dan terorganisasi, menggunakan, dan mengomunikasikan informasi untuk mengatasi berbagai persoalan hidup dan kemajuan jaman.